Sabtu, 25 Januari 2014

Menentukan Isi dan Bagian – Bagian Paragraf Suatu Artikel

1. ABSTRAK DAN KATA KUNCI
Abstrak memuat uraian mengenai umum masalah yang dibahas dalam artikel dan hal-hal yang sedang dikritisi secara ringkas. Abstrak disajikan di bagian awal penelitian dengan font Times New Roman 11, disusun dalam satu paragraf, terdiri dari 100 sampai 150 kata, dan diikuti dengan sedikitnya empat kata kunci (keywords).
2. PENDAHULUAN
Bagian ini berisi tentang latar belakang (motivasi) penulisan, konteks permasalahan yang dibahas, dan tujuan pembahasan.
3. PEMBAHASAN
Bagian ini berisi kupasan permasalahan yang meliputi analisis, argumentasi atau komparasi dan pendirian penulis mengenai masalah yang dibahas.
4. KESIMPULAN
Bagian ini menyajikan kesimpulan penulisan atas masalah yang dibahas, termasuk saran-saran, implikasi, dan alternatif-alternatif jika ada. Bagian ini disajikan tanpa nomor dan dalam bentuk paragraf.
5. DAFTAR REFERENSI
Bagian ini memuat semua sumber kutipan dan rujukan yang digunakan dalam penulisan artikel (hanya sumber-sumber yang digunakan yang dimuat dalam daftar referensi).

Menentukan Unsur Paragraf
Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya kepada para pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima dengan jelas oleh pembaca maka paragraf harus tersusun secara logis-sistematis. Alat Bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu ialah unsur-unsur paragraf

Jika diuraiakan satu per satu unsur-unsur paragraf itu adalah :

a. Ide pokok yaitu ide pembicaraan atau masalah yang bersifat abstrak. Ide pokok bisaanya berupa kata, frase atau klausa.
b. Kalimat topik yaitu perwujudan pernyataan ide pokok dalam bentuk yang masih abstrak.
c. Ide pengembang yaitu rincian atau penjelasan ide pokok dalam bentuk yang kongkret. Ide pengembang berupa kata, frase, atau klausa.
d. Kalimat pengembang yaitu perwujudan pernyataan ide pengembang dalam bentuk kongkret.
e. Kalimat penegas yaitu kalimat yang berfungsi menegaskan dengan cara mengulang bentuk kalimat topik pada bagian akhir paragraf.
f. Transisi yaitu mata rantai penghubung paragraf. Transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi atau kepaduan antarkalimat, antarparagraf dalam suatu karangan

Menentukan Isi Paragraf Simpulan Paragraf dan Arti Istilah/Kata dalam Paragraf
Paragraf yang memiliki simpulan paragraf biasanya memiliki pola induktif.
Untuk mengidentifikasi teks berpola induktif, ciri-ciri berikut dapat menuntunmu mengenal lebih jauh jenis teks berpola induktif tersebut.
Ciri-ciri teks berpola induktif:
1. Simpulan atau pernyataan umum terdapat di akhir setiap paragraf;
2. Selain terdapat di setiap akhir paragraf, simpulan juga dirumuskan dalam sebuah paragraf yang diletakkan di akhir teks (simpulan umum);
3. Contoh, ilustrasi, kasus, atau uraian khusus disajikan lebih dulu sebelum ditampilkannya pernyataan umum atau simpulan
Kalimat simpilan paragraf bisa dilihat dari kata yang digunakan di awal kalimat, seperti : jadi ; maka ; oleh karena itu ; dan lain sebagainya yang mengungkapkan kesimpulan
Menentukan Opini dalam Tajuk Rencana
Kalimat opini adalah pendapat yang dikemukakan oleh penulis tajuk rencana, dengan mengaitkan dengan pendapat pribadinya.Biasanya opini dalam tajuk rencana didahului kata kata sepertinya, mungkin, kira kira, dan lain sebagainya yang menyatakan perkiraan dan pendapat.
Berkaitan dengan opini dalam suatu pemberitaan, harus dibedakan dengan jelas dan tegas antara opini wartawan dan opini narasumber. Narasumber adalah orang yang dimintai komentar atau keterangannya oleh wartawan berkaitan suatu kejadian/peristiwa.
Menentukan Isi Grafik Diagram atau Tabel
Dengan menggunakan tabel
seseorang dapat dengan mudah mengetahui berbagai perubahan yang
telah berlangsung dalam suatu masalah.
1. Baca judulnya, karena judul memberikan ringkasan yang padat tentang informasi yang akan disampaikan,
2. Baca informasi yang ada di atas, di bawah, atau di sisinya.Informasi yang ada merupakan kunci penjelas mengenai materi yang disajikan,
3. Ajukan pertanyaan tentang tujuan grafik
4. Baca keseluruhan grafik / tabel dengan tetap memperhatikan tujuan dan dapatkan keterangan dalam informasi yang dijelaskan.
Menentukan Unsur Intrinsik dan Isi Hikayat Sastra Melayu Klasik
Unsur intrinsik karya sastra Melayu klasik sama seperti halnya
karya-karya sastra prosa pada umumnya, seperti cerpen atau novel.
Unsur intrinsik yang dimaksud adalah tema cerita, alur cerita, latar
cerita, penokohan, dan amanat cerita. Unsur intrinsik merupakan
unsur yang membangun suatu karya sastra. Menarik dan tidaknya
suatu karya sastra tergantung menarik dan tidaknya pemaparan atau
pengungkapan unsur-unsur tersebut dalam karya sastra tersebut.
Menentukan Unsur Intrinsik Cerpen
Sebuah cerpen karena dipandang sebagai karya seni, tentunya mengandung nilai intrinsik dan ekstrinsik. Nilai intrinsik dan ekstrinsik itu muncul dari pengalaman penulisnya, pengalaman tersebut apabila diperlihatkan pada pembaca akan komunikatif. Nilai intrinsik dan ekstrinsik merupakan syarat mutlak dalam kesusastraan. Pendapat Aminudin (1987:34) bahwa unsur intrinsik bersifat obyektif, menyangkut aspek bahasa dan struktur wacana yang berhubungan dengan makna. Sedangkan unsur ekstrinsik berupa biografi pengarang, proses kreatif, dan latar belakang kehidupan sosial dan budayanya.
Unsur intrinsik merupakan syarat mutlak harus ada dalam sebuah cerita pendek. Unsur intrinsik ini meliputi:
1. Tema (pokok pembicaraan)
Aminuddin (1987:91) mengatakan: “Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya.”
Jadi, tema unsur yang paling penting dalam cerpen dan setiap cerpen pasti memiliki tema, sebab tema adalah amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangan. Bahkan tema merupakan proses awal dalam kegiatan penulisan cerpen, karena penulis sebelum membuat karangan harus menetapkan terlebih dahulu tema yang akan ditulisnya.

2. Latar
Adalah waktu, suasana dan tempat cerita terjadi.
3. Penokohan atau perwatakan
Aminuddin (1987:79) berpendapat: “Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi. Sedangkan pengarang cara menampilkan tokoh atau pelaku itu disebut penokohan.”
Banyak cara seorang pembaca untuk mengenal watak atau karakter tokoh dalam sebuah cerita, di antaranya:
1. Melalui apa yang diperbuat, terutama tindakan-tindakannya.
2. Melalui ucapan-ucapannya.
3. Melalui penggambaran fisik tokoh.
4. Melalui pikiran-pikirannya.
5. Melalui penerangan langsung.
Jadi, sebuah cerita pendek atau semua cerita fiksi pasti memiliki tokoh. Tokoh tersebut digerakkan oleh pengarang dengan karakter yang diciptakannya. Karakter tokoh dalam cerita dapat dilihat dari perbuatannya, ucapannya, fisiknya, pikirannya, dan penerangan langsung oleh si pengarangnya.
3. Alur atau plot
Adalah jalan cerita/peristiwa yang saling berkaitan ( runtut )
4. Sudut pandang
Cara pandang penulis menceritaka tokoh tokoh dalam ceritanya
6. Gaya
Istilah gaya diangkat dari istilah style yang berasal dari bahasa Latin stilus dan mengandungarti leksikal adalah alat untuk menulis. Menurut Sumardjo (1986:92) bahwa gaya adalah cara khas pengungkapan seseorang. Cara bagaimana seseorang pengarang memilih tema, persoalan, meninjau persoalan dan menceritakan dalam sebuah cerpen. Dengan kata lain gaya adalah pribadi pengarang itu sendiri.
7. Suasana
Seorang cerpenis mampu menggerakkan batin pembacanya bila suasana dalam cerpen ditata dan harmonis dengan konteks cerita, sudah pasti semua cerpen memiliki suasana. Sumardjo dan Saini (1986:109) mengatakan: “Suasana dalam cerita pendek membantu menegaskan maksud pengarang, disamping itu suasana juga merupakan daya pesona sebuah cerita.”
Jadi, dalam cerita pendek itu pengarang pasti menata ceritanya, terutama dengan suasana yang diciptakannya. Misalnya suasana tokoh dalam kesedihan, gembira, atau kalut. Suasana lain pun akan dilukiskan pengarang menurut waktu saat itu, misalnya tengah malam, sore, pagi, siang, dan sebagainya.
(Sumardjo, 1981:24-43)
Menentukan Unsur Intrinsik Novel
Unsur intrinsik novel sebenarnya sama dengan unsur intinsik cerpen, namun tema yang diangkat biasanya lebih kompleks dibandingkan dengan cerpen.
Menentukan Masalah yang Diungkapkan dan Amanat dalam Drama
Menentukan masalah yang diungkapkan dalam drama dapat diketahui dengan cara mengamati apa yang menjadi pokok permasalahan cerita, atau yang sering diceritakan.Seperti konflik yang dialami oleh tokoh.
Sedangkan amanat dapat diamati dengan memperhatikan bagaimana tokoh tokoh dalam drama menghadapi konflik konflik yang ada.
Menentukan Maksud Gurindam
Makna gurindam dapat dilihat dengan menghubungkan tiap tiap barisnya, sehingga menjadi kesatuan makna yang utuh.
1. Ciri-ciri bentuk Gurindam
a. Merupakan puisi bebas atau tidak terikat
b. Rangkap : Mempunyai 2 baris dalam serangkap atau beberapa baris dalam serangkap. Setiap baris dalam rangkap merupakan isi atau maksud dan perlu bersambung dengan baris-baris dalam rangkap berikutnya untuk membawa makna yang lengkap.
Baris pertama dikenali sebagai “syarat” dan baris kedua dikenali sebagai “jawab”. Baris pertama “syarat” menyatakan sesuatu fikiran atau peristiwa dan baris kedua pula menyatakan keterangan atau menjelaskan apa yang telah dinyatakan oleh baris atau ayat pertama tadi.
c. Perkataan : jumlah perkataan sebaris juga tidak tetap.
d. Sukukata : julah sukukata juga tidak tetap.
e. Rima : rima akhirnya juga tidak tetap
Gurindam termasuk sastra lama. Gurindam ditulis dalam bentuk bait-bait.
Setiap bait berisi dua baris. Baris-baris itu mempunyai persamaan bunyi (sering
dirumuskan a-a). Dua baris dalam satu bait gurindam umumnya dipahami
sebagai satu kalimat yang sempurna. Kalimat itu terdiri atas dua anak klausa
(sering disebut induk dan anak kalimat).
Isi gurindam berupa nasihat. Kalimat dalam gurindam (baris pertama dan
kedua) umumnya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi.
Berdasarkan bentuk/isi gurindam ciri-cirinya sebagai berikut.
a. Tiap-tiap suku (bait) terdiri atas dua baris.
b. Banyaknya suku kata pada tiap-tiap baris tidak tetap, (biasanya 10-12
suku kata).
c. Sajaknya a-a. Gurindam yang baik bersajak penuh, tetapi ada juga yang
bersajak paruh.
d. Baris kedua adalah akibat atau balasan yang tersebut dalam baris pertama.
e. Gurindam berisi nasihat.
Contoh:
a. Barang siapa tidak sembahyang
Ibarat rumah tidak bertiang.
Dengan bapa jangan durhaka
Supaya ayah tidak murka
b. Cahari olehmu akan sahabat
Yang boleh dijadikan obat
Cahari olehmu akan abdi

Menentukan Unsur Intrinsik Puisi
Secara umum menarik dan tidaknya suatu puisi, dapat ditentukan
oleh beberapa hal, di antaranya sebagai berikut.
1. Keunikan tema atau pokok permasalahan yang disampaikan.
2. Ketepatan dalam menggunakan diksi atau pilihan katanya.
3. Cara mengolah atau menggunakan ungkapan, majas/gaya bahasa,
serta berbagai simbol atau perlambang.
4. Ketepatan atau keserasian dalam mengolah rima serta kesyahduan
iramanya.
1) Tema : ide atau gagasan yang menduduki tempat utama di dalam cerita.
2) Rasa : arti emosional ( sedih, atau merasa heran dsb).
3) Nada : Intonasi puisi ( suara keras atau lembut) ; penyair dapat menggurui,
mencaci, merayu, merengek,menyindir, mengajak dsb terhadap pembaca atau
pendengar.
4) Amanat
5) Diksi
6) Imajinasi
a. Imajeri pandang
b. Imajeri dengar
c. Imajeri rasa
d. Imajeri kecap
7) Kata-kata kongkret
8) Gaya bahasa
9) Ritme
10) Rima
Menentukan Isi Kutipan Esai
Menentukan isi kutipan esai dapat dilakukan dengan cara mencari pokok pikiran dalam kutipan tersebut.
Menentukan Kata Penghubung yang Tepat untuk Melengkapi Paragraf
persyaratan paragraf yang baik yaitu kepaduan paragraf, kesatuan paragraf, kelengkapan paragraf
Langkah yang harus di tempuh dalam kepaduan paragraph adalah kemampuan merangkai kalimat sehingga bertalian secara logis dan padu.Ada 2 jenis kata penghubung,yaitu kata penghubung intra kalimat yang berarti kata yang menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.contoh. karena, sehingga, tetapi, sedangkan, dll.selain itu juga ada kata penghubung antar kalimat yang berarti kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Contoh. Oleh karena itu, jadi, kemudian, namun,bahkan, dll.
Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama. Paragraf dibedakan menjadi dua yaitu Paragraf dekduktifadalah kalimat utama yang diletakkan di awak paragraf. Sedangkan Paragraf induktifadalah kalimat utama yang diletakkan di akhir paragraf.
Ciri dalam membuat kalimat utama
• kalimat yang dibuat harus mengandung permasalahan yang berpotensi untuk diperinci lebih lanjut. Contoh. David Beckham adalah pemain sepak bola yang sukses.
• kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung, baik kata penghubung intra kalimat maupun antar kalimat.
Paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya ada kalimat penjelas. Ciri kalimat penjelas berisi penjelasan berupa rincian, keterangan. Contoh. Dan lain- lain, selain itu.

SYARAT SYARAT PARAGRAF

1.Kepanduan Paragraf
Persyaratan paragraf yang baik yaitu adanya kepanduan,kestuan,dankelengkapan.Terdapat dua kalimat penghubung yaitu penghubung intra kalimat.kata penghubung intra kalimat adlah kata yang menghubkan anak kaimat dengan induk kalimat,sedangkan kata penghubng antar kalimat adalah kata yang menghubungkan kalimat yang satu dengan yang lainnya.Contoh kata penghubung antar kalimat yakni oleh antar kalimat yakni oleh karena itu,jadi,kemudian,namun,selanjutnya,bahkan,dan lain lain.
Kesesatan paragraf tersebut adlah karena belum terangkainya kalimat demi kalimat denga baik.Perhatikan perbandingan paragraf di atas dengan paragraf yang sudah di rangkai dengan kata penghubung.
Syarat paragraf yang baik adlah adanya kesatua.Kesatuan berarti setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran.pokok pikiran diwujudkan dalam kalimat utam.Kalimat utama diletakan di awal paragraf (deduktif) atau diakhir paragraf (induktif).
2.Kesatuan paragraf
Persyaratan penulisan paragraf yang baik adalah prinsip kesatuan.Yang dimaksud kesatuan adalah tiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran yang diwujudkan dalam kalimat utama.Kalimat utama diletakkan di awal paragraf dinamakan paragraf deduktif,sedangkan kalimat utama yang diletakan di akhir paragraf disebut paragraf induktif.
Ciri-ciri dalam membuat kalimat utama,yakni kalimat yang dibuang harus mengandung pemasalahan yang berpotensi untuk diperinci atau diuraikan lebih lanjut.
Cirri-ciri yang lain yaitu kalimat utama dapat dibuat lengkap dan berdiri sendiri tanpa memerlukan kata penghubung,baik kata penghubung antar kalimat maupun kata penghubung intra kalimat.
3.Kelengkapan Paragraf
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila di dalamnya terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjuk pokok pikiran atau kalimat utama.Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu berisi penjelasan berupa perincian ,keterangan,contoh,dan lai-lain.
Kelengkapan paragraf berhubungan dengan cara mengembangkan paragraf.paragraf dapat dikembangkan dengan cara,pertentangan,perbandingan,analogi,contoh,sebab akibat,definisi dan klasifikasi.
PENGEMBANGAN PARAGRAF
Mengembangkan paragraph ditempuh dengan cara pertentangan, cara perbandingan, cara analogi, cara contoh-contoh, cara sebab akibat, cara definisi, cara klasifikasi
cara pertentangan
Pengembangan Paragraf dengan cara pertentangan biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti. Berbeda dengan, bertetangan dengan, sedangkan, lain halnya dengan, akan tetapi, dll.
Contoh. Budi sangat senang bermain sepak bola, sedangkan Rio tidak suka bermain sepak bola
cara perbandingan
Pengembangan dengan cara perbandingan biasanya menggunakan ungkapan seperti.serupa dengan, seperti halnya, demikian juga, sama dengan, sejalan dengan, akan tetapi, sedangkan, sementara itu.
Contoh. Pikiran anak itu sejalan dengan pikiran saya
cara analogi
Adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang di jelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya dilakukan dalam bentuk kiasan seperti. Ibaratnya, seperti, bagaikan.
Contoh. Anak itu selalu bertengkar, ibarat anjing dan kucing
cara contoh-contoh
Kata yang digunakan seperti. Misalnya, seperti, contohnya,dll.
Contoh. Herbivora adalah hewan pemakan tumbuh-tumbuhan, misalnya kuda, sapi dll.
cara sebab akibat
Ungkapan yang digunakan yaitu. Padahal, akibatnya, oleh karena itu, karena.
Contoh. Karena banyak terjadi penebangan hutan secara liar, akibatnya sering terjadi tanah longsor, oleh karena itu kita wajib menjaga dan melestarikan alam ini
cara definisi
Kata yang digunakan seperti. Adalah, yaitu, ialah merupakan.
Contoh. Pembentuk utama fisika adalah besaran-besaran fisis yang dipakai untuk menyatakan hukum-hukum fisika.
cara klasifikasi
Kata yang biasa digunakan yaitu. Dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi menjadi, mengklasifikasikan.
Contoh. Berdasarkan cara pembakarannya, mesin digolongkan menjadi mesin pembakaran dalam dam mesin pembakaran luar

Menentukan Kata Serapan untuk Melengkapi Paragraf
Kata serapan dalam bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yaitu yang belum sepenuhnya terserap dan yang cara pengucapan maupun penulisannya sudah sepenuhnya disesuaikan dengan aturan bahasa Indonesia.
Unsur unsur asing yang pengucapan dan penulisannya sudah sepenuhnya disesuaikan dengan turan bahasa Indonesia diantaranya :
Aa ( Belanda ) menjadi a
Ae jika bervariasi dengan e, menjadi e, contoh : haemoglobin menjadi hemoglobin
C ( Sansekerta ) menjadi s, contoh : cabda menjadi sabda.
Melengkapi Paragraf dengan Kata Baku
Ejaan baku adalah adalah ejaan yang benar, sedangkan ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau ejaan salah.Untuk mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan baku dan ejaan tidak baku, cukup dengan membuka buku kamus bahasa indonesia yang terkenal baik yang dikarang oleh yang baik pula sebagai referensi. Contoh Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak baku, di mana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul :
- apotik : apotek
- atlit : atlet
- azas : asas
- azasi : asasi
- bis : bus
- do'a : doa
- duren : durian
- gubug : gubuk
- hadist : hadis
- ijin : izin
Ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan / eyd :
- kreatifitas : kreativitas
- kreativ : kreatif
- aktifitas : aktivitas
- aktiv : aktif
- sportifitas : sportivitas
- sportiv : sportif
- produktifitas : produktivitas
- produktiv : produktif
Ejaan yang disempurnakan atau yang lebih dekenal dengan singkatan EYD adalah ejaan yang mulai resmi dipakai dan digunakan di Indonesia tanngal 16 agustus 1972. Ejaan ini masih tetap digunakan hingga saat ini. EYD adalah rangkaian aturan yang wajib digunakan dan ditaati dalam tulisan bahasa indonesia resmi. EYD mencakup penggunaan dalam 12 hal, yaitu penggunaan huruf besar (kapital), tanda koma, tanda titik, tanda seru, tanda hubung, tanda titik koma, tanda tanya, tanda petik, tanda titik dua, tanda kurung, tanda elipsis, dan tanda garis miring.
Melengkapi Paragraf dengan Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan adalah kata yang salah satu unsurnya atau lebih berupa imbuhan sehingga sering pula disebut dengan kata jadian.
Melengkapi paragraf dengan kata berimbuhan dapat dilakukan dengan memilih kata berimbuhan yang memiliki koherensi dengan paragraf yang rumpang.
Melengkapi Paragraf Deskripsi dengan Kalimat yang Sesuai
Kalimat dalam paragraf deskripsi biasanya bersifat menjelaskan.Jadi, untuk melengkapi paragraf deskripsi dapat dilakukan dengan cara menambahkan kalimat yang bersifat menerangkan dan memiliki koherensi dengan paragraf deskripsi yang rumpang.
Melengkapi Paragraf Deskripsi dengan Frasa yang Sesuai
Frasa yang sesuai untuk melengkapi pargraf deskripsi memiliki koherensi dan menjelaskan hal yang sama dengan paragraf deskripsi yang rumpang.
Melengkapi Paragraf Analogi
Pengertian Paragraf Analogi
Analogi adalah penalaran induktif dengan membandingkan dua hal yang banyak persamaannya. Berdasarkan persamaan kedua hal tersebut, Anda dapat menarik kesimpulan.
Bentuk pengungkapan suatu objek yang di jelaskan dengan objek lain yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Biasanya dilakukan dalam bentuk kiasan seperti. Ibaratnya, seperti, bagaikan.
Contoh. Anak itu selalu bertengkar, ibarat anjing dan kucing

Memperbaiki Kalimat Simpulan Generalisasi
Pengertian Paragraf Generalisasi
General = umum
Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Jadi kalimat generalisasi yang baik adalah kalimat yang membahas masalah secara luas/umum.
Melengkapi Paragraf Sebab Akibat
Paragraf sebab akibat yaitu paragraf yang pengembangannya memanfaatkan makna hubungan sebab akibat antar kalimat. Ciri khas paragraf jenis ini ialah terbinanya hubungan sebab akibat antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Jadi hubungan sebab akibat ini merupakan satu rangkaian yang berkesinambungan.
Sesuai dengan dua contoh di atas, paragraf sebab akibat berdasarkan pola nalar pengembangannya, tergolong paragraf induktif, paragraf yang ide atau gagasannya terletak pada akhirnya paragraf.
Melengkapi Silogisme dengan Kalimat yang Tepat
Silogisme adalah penarikan konklusi secara deduktif tidak langsung yang konklusinya ditarik dari premis yang disediakan sekaligus.
Hal yang paling penting yakni bahwa silogisme dan bentuk-bentuk inferensi yang lain, persoalan kebenaran serta ketidakbenaran pada premis-premis tidak pernah timbul. Hal itu disebabkan oleh premis-premis selalu diambil yang benar. Akibatnya, konklusi sudah dilngkapi oleh hal-hal yang benar. Dengan perkataan lain, silogisme hanya mempersoalkan kebenaran formal (kebenaran bentuk) dan tidak lagi mempersoalkan kebenaran material (kebenaran isi). Silogisme inilah sebenarnya inti dari logika.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam silogisme yaitu:
(1) Premis mayor disajikan terlebih dahulu, lalu diikuti premis minor;
(2) term penengah dilambangkan oleh M;
(3) term mayor dilambangkan oleh P; dan
(4) term minor dilambangkan oleh S.

Prinsip dasar dalam silogisme.
(1) Terdapat dua buah term, keduanya mempunyai hubungan dengan term lain, maka kedua term itu satu sama lainnya memiliki hubungan pula (A = C; B = C; ... A = C).
Contohnya : Pak Ewoy adalah ayah Ewey
Pak Ewoy adalah guru SD
Jadi, ayah Ewoy adalah guru SD
(2) Terdapat dua buah term, satu di antaranya mempunyai hubungan dengan sebuah term ketiga, sedangkan term yang satu lagi tidak, maka kedua term itu tidak mempunyai hubungan satu sama lain (A = C; B = C; ... A = B).
Contoh : Ani bukanlah putrid Pak Ano
Puteri Pak Ano sngatlah cantik
Jadi, Ani tidaklah cantik
Aturan-aturan Umum Silogisme Kategoris dan Pelanggaran yang Menimbulkan Kesalahannya.

Aturan I : Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas tiga term.
Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya tiga proposisi
Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dalam premis, paling kurang satu kali.
Aturan IV: Tak satu pun yang dapat tersebar dalam konklusi bila tak tersebar dalam premis.
Aturan V: Dari dua premis negatif tidak ada konklusi yang dapat diambil
Aturan VI: Bila salah satu premis negative, konklusi mestilah negative, dan sebaliknya, yaitu untuk membuktikan bahwa konklusi negative, salah satu premis mestilah negative.
Aturan VII: Jika kedua premis afirmatif, maka konklusinya afirmatif, dan sebaliknya jika konklusi afirmatif maka kedua premis mestilah afirmatif
Aturan VIII: Jika kedua premis khusus, konklusi tidak dapat diambil
Aturan IX: Jika satu premis khusus, maka konklusi mestilah khusus pula
Aturan X : dari mayor yang khusus dan minor yang negative, tidak ada konklusi yang dapat diambil

Melengkapi Paragraf Narasi
Paragraf narasi adalah paragraf yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian. Dalam karangan atau paragraf narasi terdapat alur cerita, tokoh, setting, dan konflik. Paragraf naratif tidak memiliki kalimat utama. Paragraf naratif disusun dengan merangkaikan peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis. Tujuannya, pembaca diharapkan seolah-olah mengalami sendiri peristiwa yang diceritakan.
Contoh : novel, cerpen, drama
Paragraf narasi dibedakan atas dua jenis, yaitu narasi ekspositorisdan narasi sugestif. Paragraf narasi ekspositoris berisikan rangkaian perbuatan yang disampaikan secara informatif sehingga pembaca mengetahui peristiwa tersebut secara tepat.
Ciri – ciri paragraf narasi :
>> Secara Umum
1. Adanya unsur perbuatan atau tindakan.
2. Adanya unsur rangkaian waktu dan informatif.
3. Adanya sudut pandang penulis.
4. Menggunakan urutan waktu dan tempat yang berhubungan secara kausalitas.
5. Terdapat unsur tokoh yang digambarkan dengan memiliki karakter atau perwatakan yang jelas.
6. Terdapat latar tempat, waktu, dan suasana.
7. Mempunyai alur atau plot.

>> Narasi Ekspositoris/Non Fiktif
1. Memperluas pengetahuan
2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik berat pada penggunaan kata-kata denotatif.

>> Narasi Sugestif/Fiktif
1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
2. Menimbulkan daya khayal.
3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga penalaran dapat dilanggar.
4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan menitikberatkan penggunaan kata-kata konotatif.
5. Banyak menggunakan majas/gaya bahasa.

Menyusun Kalimat Acak
Kalimat acak dapat disusun dengan mengurutkan unsur penyusun kalimatnya.Setiap kalimat memiliki unsur penyusun kalimat. Gabungan dari unsur-unsur kalimat akan membentuk kalimat yang mengandung arti. Unsur-unsur inti kalimat antara lain SPOK :
- Subjek / Subyek (S)
- Predikat (P)
- Objek / Obyek (O)
- Keterangan (K)
Melengkapi Teks Pidato dengan Kalimat Persuasi
Paragraf persuasi merupakan salah satu jenis paragraf yang sering digunakan penulis untuk memengaruhi pembaca. Oleh karena itu, target akhir penggunaan paragraf persuasi ialah pembaca menerima pendapat, tawaran, atau ajakan serta mengikutinya sesuai dengan harapan penulis.
Paragraf persuasi atau cara-cara persuasif biasanya digunakan untuk propaganda, kampanye, dan kegiatan persuasif sejenisnya. Teknik-teknik yang lazim digunakan dalam paragraf atau cara-cara persuasif ialah rasionalisasi, identifikasi, sugesti, konfirmatori, dan kompensasi.
Pidato umumnya melakukan satu atau beberapa hal berikut ini :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau mengikuti kemauan kita dengan suka rela.
2. Memberi suatu pemahaman atau informasi pada orang lain.
3. Membuat orang lain senang dengan pidato yang menghibur sehingga orang lain senang dan puas dengan ucapan yang kita sampaikan.
Menentukan Kalimat Latar Belakang Karya Tulis
Kalimat latar belakang dalam kaya tulis memuat alasan kita menulis karya tulis tersebut, alasan pemilihan judul, dan lain sebagainya.Latar belakang karya tulis dimasukan kedalam bagian pendahuluan.
Memperbaiki Kalimat yang Mengandung Kata Kias Dalam Karya Tulis
Dalam karya tulis kalimat yang mengandung kata kias diperbaiki dengan menulis kalimat yang sama namun mengganti kata kias tersebut dengan kata yang bermakna denotatif.Tapi bila diperlukan, kata konotasi dapat dipergunakan, seperti penggunaan konotasi positif, yang dinilai lebih halus.
Menentukan Perbaikan Kalimat Rancu dalam Karya Tulis
Kalimat yang tersusun terhindar dari bentuk-bentuk rancu. Jika mengandung bentuk rancu, kalimat yang tersusun salah.Contoh :
Benar
a) Hal itu belum diajarkan kepada kami atau hal itu belum kami pelajari.
b) Merek saling memandang atau mereka pandang-memandang.
c) Dia dilarang merokok atau dia tidak boleh merokok.
Salah
a) Hal itu belum dipelajarkan kepada kami.
b) Mereka saling pandang-memandang.
c) Dia dilarang tidak boleh merokok.
Manentukan Penulisan Judul Karya Tulis yang Tepat
Judul harus menarik/profokatif, atrinya menimbulkan minat baca.
Tidak terlalu panjang dan tidak diakhiri tanda baca, karena judul bukan kalimat.
Memperhatikan penulisan huruf kapital dalam penulisan judul.
Menentukan Kalimat yang Sesuai dengan Konteks Surat dan Penulisan Surat Lamaran Kerja
Kalimat yang digunakan dalam penulisan surat disesuaikan dengan surat yang ditulis.Contohnya :
Dalam penulisan surat resmi kita menggunakan kalimat dengan bahasa baku, sedangkan dalam surat pribadi kita menggunakan bahasa umum, yang biasa digunakan sehari hari.
Dalam penulisan surat penawaran, dapat digunakan kalimat yang bersifat persuasif.
Menentukan Kalimat Resensi
Kalimat deskripsi digunakan dalam penjelasan karakteristik buku.
Kalimat argumentasi digunakan saat mengkritik kekurangan buku.
Kalimat persuasi digunakan saat menjelaskan kelebihan buku yang diresensi sehingga buku itu layak dibaca.
Melengkapi Puisi dengan Larik yang Bermajas
Dapat dikatakan bahwa diksi memegang tema penting sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan dengan mengharapkan efek agar sesuai.
Ketepatan dan Kesesuaian Penggunaan Diksi
Pemakaian kata mencakup dua masalah pokok, yakni pertama, masalah ketepatan memiliki kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Kedua, masalah kesesuaian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tersebut. Menurut keraf (2002 : 87) “Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembaca”. Masalah pilihan akan menyangkut makna kata dan kosakatanya akan memberi keleluasaan kepada penulis, memilih kata-kata yang dianggap paling tepat mewakili pikirannya. Ketepan makna kata bergantung pada kemampuan penulis mengetahui hubungan antara bentuk bahasa (kata) dengan referennya.
Agar dapat memilih kata-kata yang tepat, maka ada beberapa syarat yang harus diperhatikan berikut ini.
a. Kita harus bisa membedakan secara cermat kata-kata denitatif dan konotatif; bersinonim dan hampir bersinonim; kata-kata yang mirip dalam ejaannya, seperti :bawa-bawah, koorperasi-korporasi, interfensi-interferensi, dan
b. Hindari kata-kata ciptaan sendiri atau mengutip kata-kata orang terkenal yang belum diterima di masyarakat.
c. Waspadalah dalam menggunaan kata-kata yang berakhiran asing atau bersufiks bahasa asing, seperti :Kultur-kultural, biologi-biologis, idiom-idiomatik, strategi-strategis, dan lain-lain
d. Kata-kata yang menggunakan kata depan harus digunbakan secara idiomatik, seperti kata ingat harus ingat akan bukan ingat terhadap, membahayakan sesuatu bukan membahayakan bagi, takut akan bukan takut sesuatu.
e. Kita harus membedakan kata khusus dan kata umum.
f. Kita harus memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
g. Kita harus memperhatikan kelangsungan pilihan kata.
Pilihan kata atau diksi bukan hanya memilih kata-kata yang cocok dan tepat untuk digunakan dalam mengungkapkan gagasan atau ide, tetapi juga menyangkut persoalan fraseologi (cara memakai kata atau frase di dalam konstruksi yang lebih luas, baik dalam bentuk tulisan maupun ujaran), ungkapan, dan gaya bahasa. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam pengelompokan atau susunannya, atau menyangkut cara-cara yang khusus berbentuk ungkapan-ungkapan. Pemilihan gaya bahasa yang akan digunakan pun merupakan kegiatan memilih kata menyangkut gaya-gaya ungkapan secara individu.
Orang yang banyak menguasai kosakata akan lebih mudah memilih kata-kata yang tepat untuk digunakan dalam menyampaikan gagasannya. Orang yang kurang banyak menguasai kosakata terkadang tidak bisa menempatkan kata terutama yang bersinonim, seperti kata meneliti sama artinya dengan kata menyelidiki, mengamati, dan menyidik. Kata0kata turunannya penelitian, penyelidikan, pengamatan, dan penyidikan. Orang yang menguasai banyak kosakata tidak akan menerima bahwa kata-kata tersebut mengandung arti yang sama, karena bisa menempatkan kata-kata itu dengan cermat sesuai dengan konteksnya. Sebaliknya orang yang tidak menguasai kosakata akan mengalami kesulitan karena tidak mengetahui ada kata yang lebih tepat, dan tidak mengetahui ada perbedaan dari kata-kata yang bersinonim itu. Dengan demikian, menurut Keraf (2002: 14) diksi :
a. Mencakup pengertian kata-kata yang fipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, cara menggabungkan kata-kata.
Yang tepat, dan gaya yang paling baik digunakan dalam situasi tertentu;
b. Diksi adalah kemampuan secara tepat membedakan nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar atau pembaca; dan
c. Diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan kosakata yang banyak.
Melengkapi Dialog Teks Drama dengan Peribahasa
Penggunaan pribahasa untuk dialog drama digunakan pribahasa yang menggambarkan keadaan yang sedang dialami tokoh dalam drama tersebut.
Peribahasa adalah suatu kiasan bahasa yang berupa kalimat atau kelompok kata yang bersifat padat, ringkas dan berisi tentang norma, nilai, nasihat, perbandingan, perumpamaan, prinsip dan aturan tingkah laku. Berikut ini adalah beberapa contoh peribahasa dengan artinya :
- Buah yang manis biasanya berulat
artinya : kata-kata yang manis biasanya dapat menyesatkan atau menjerumuskan.
- Tak ada gading yang tak akan retak
artinya : Tidak ada satu pun yang sempurna, semua pasti akan ada saja cacatnya
Menentukan Kalimat Kritik Sastra
Kalimat kritik sastra biasanya mengulas tentang kekurangan dan kelebihan dari karya sastra yang sedang dibahas.
Misalnya dalam kritik sastra puisi yang diulas bisa tentang diksinya, gaya bahasanya, maupun makna yang dimiliki puisi tersebut.

Sumber : http://poemhanina.blogspot.com

Pembelajaran Keterampilan Mendengarkan Berita



Standar Kompetensi:
Memahami isi berita dari radio/televisi

Kompetensi Dasar:
9.1 Menemukan  pokok-pokok berita (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan  
     bagaimana) yang didengar dan atau ditonton  melalui radio/televisi
9.2 Mengemukakan kembali berita yang didengar/ ditonton  melalui radio/televisi

Tujuan pokok pembelajaran berikut ini, Anda diharapkan dapat:
·     mampu mendengarkan berita dengan baik
·     memahami inti berita yang telah didengar
·     menemukan pokok-pokok berita yang telah didengar
·     mengemukakan kembali berita yang didengar

Pengantar
Kegiatan mendengarkan sudah sering kita lakukan baik dari siaran televise maupun radio. Informasi yang kita dapatkan terkadang penting bagi kita terkadang juga tidak. Secara tidak langsung informasi yang kita dapatkan dapat kita identifikasi unsure-unsur pokoknya sehingga kita dapat menentukan informasi penting yang berupa inti berita pada informasi yang kita dengar.

Deskripsi Materi
A. Menemukan Pokok-Pokok Berita Radio/Televisi
Kemampuan mendengarkan berita merupakan kemampuan yang penting pada era informasi ini. Untuk itu, pada bagian ini kamu akan berlatih menyimpulkan isi berita dan memahami ciri penyiar dalam membacakan berita!

Aktivitas pembelajaran yang harus kamu lakukan untuk menguasai kompetensi menemukan pokok-pokok berita dari siaran berita radio atau televisi adalah (1) mencatat rincian isi berita yang didengar/ditonton dan (2) mencatat inti informasi dari berita yang didengar/ditonton.


1. Mendengarkan Berita
Materi dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan berita pada dasarnya teknik mendengarkan dengan menyimak secara alami. Hanya saja dalam pembelajaran ini menekankan pada aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika seseorang mendengarkan berita. Sama halnya dengan materi pembelajaran berita, materi pokok dalam pembelajaran keterampilan mendengarkan berita ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi inti dalam sebuah berita. Inti dalam sebuah berita ada pokok informasi (isi berita) yang disampaikan. 
Berita adalah laporan tentang suatu peristiwa atau kejadian. Biasanya peristiwa yang dilaporkan adalah sesuatu yang luar biasa dan menarik perhatian banyak orang. Satu media dengan media yang lain, sering melaporkan peristiwa yang sama. Berarti isi berita juga sama. Namun, cara penyajian kedua media tersebut sering berbeda. Seperti kita ketahui bahwa pokok-pokok (sering disebut unsur-unsur berita) meliputi 5W (what = apa, who = siapa, where = di mana, when = kapan, dan why = mengapa ) + 1H (how =  bagaimana).
Pada dasarnya teks berita disusun dengan alur piramida terbalik. Itu artinya berita disajikan dengan cara mendahulukan hal yang terpenting. Yang dianggap paling penting dan menarik disajikan pada awal dan dijadikan teras berita. Bagian-bagian berikutnya adalah penjelasan atas informasi utama yang disajikan. Hal inilah yang menjadikan perbedaan penyajian dalam teks berita. Masing-masing penulis berita (wartawan) tidak sama pendapatnya tentang pentingnya suatu hal. 


2. Mencatat Rincian Isi Berita yang Didengar/Ditonton

Dengarkanlah video siaran berita televise yang sudah diunduh dan sudah tersedia di halaman weblog dengan cermat. Pada halaman weblog berikut telah disediakan beberapa video siaran berita dengan topik yang berbeda-beda. Sambil mendengarkan/menonton, catatlah isi berita dengan teknik catat bersusun berikut! Hal-hal penting meliputi pokok-pokok berita, yakni: apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, bagaimana (adik simba).

Isi berita adalah materi yang disampaikan dalam sebuah berita. Untuk mempermudah dalam memahami isi berita. Untuk mengetahui isi berita, dapat menggunakan kata tanya. Kata yang dimaksud adalah; apa, siapa, di mana. kapan, mengapa, dan bagaimana. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan rumusan 5 W + 1 H; what, who, where, when, why, dan how. Dalam bahasa Indonesia biasa disingkat dengan istilah "adiksimba" (apa, di mana, kapan, siapa, mengapa, dan bagaimana). Berikut penjelasan singkat tentang isi berita:
  1. Apa            : digunakan untuk menanyakan peristiwa.
  2. Siapa          : digunakan untuk menanyakan orang yang terlibat
  3. Di mana      : digunakan untuk menanyakan tempat kejadian
  4. Kapan         : digunakan untuk menanyakan waktu kejadian
  5. Mengapa     : digunakan untuk menanyakan sebab terjadinya peristiwa
  6. Bagaimana  : digunakan untuk menanyakan jumlah, proses, akibat dsb.  

Sumber : http://tr3wahyono.blogspot.com


Pembelajaran Membaca di SD



Pembelajaran Membaca di SD
A. Pendahuluan
Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa memperoleh keahlian praktis untuk berkomunikasi, yakni membaca, menulis, berbicara, dan menyimak dalam berbagai ranah berbahasa. Untuk itu, corak pembelajarannya harus lebih diwarnai dengan kegiatan berbahasa. Demikian pula dalam pembelajaran membaca di Sekolah Dasar, siswa harus lebih banyak dihadapkan dengan berbagai ragam bacaan. Selanjutnya, mereka dapat berkomunikasi dengan gagasan yang dituangkan dalam bahasa tulis tersebut. Berbagai keterampilan membaca harus dilatihkan kepada mereka agar kepemilikan keterampilan itu bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Mengingat betapa pentingnya keterampilan membaca dimiliki oleh siswa, maka guru di Sekolah Dasar perlu memiliki kompetensi yang memadai tentang substansi membaca dan kemampuan mengelola pembelajaran keterampilan membaca. Untuk maksud itulah postingan dalam blog ini ditulis.
Melalui pembacaan dan pembahasan postingan ini, diharapkan Anda akan lebih siap tampil di depan siswa dan melakukan pembelajaran membaca yang fungsional, karena telah mempelajari teori membaca, terampil membaca, dan mampu melaksanakan pembelajaran membaca.
B. Kajian Teori Membaca
1. Pengertian Membaca
Saya yakin, Anda sudah mengerti tentang apa yang dimaksud membaca. Apa pengertian membaca menurut Anda? Kita dapat diskusikan nanti berbagai pengertian membaca yang Anda berikan. Pada kesempatan ini, saya mengutip secara bebas beberapa pengertian membaca yang saya peroleh melalui pembacaan beberapa buku.
a. Anderson:
Membaca adalah melafalkan lambang-lambang bahasa tulis.
b. A.S. Broto:
Membaca adalah mengucapkan lambang bunyi.
c. Henry Guntur Tarigan:
Membaca adalah proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seorang penulis melalui tulisan.
d. Poerwodarminto:
Membaca adalah melihat sambil melisankan suatu tulisan dengan tujuan ingin mengetahui isinya.
Dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses melisankan dan/atau memahami bacaan atau sumber tertulis untuk memperoleh pesan atau gagasan yang ingin disampaikan penulisnya.
2. Tujuan Membaca
Secara umum, tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, (3) memperoleh kesenangan. Secara khusus, tujuan membaca adalah (1) memperoleh informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberikan penilaian kritis terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang (Nurhadi, 1987:11).
Lebih lanjut Nurhadi (1987) yang mengutip pendapat Waples (1967) menuliskan bahwa tujuan membaca adalah :
(1)   mendapat alat atau cara praktis mengatasi masalah;
(2)   mendapat hasil yang berupa  prestise yaitu agar mendapat rasa lebih bila dibandingkan dengan orang lain dalam lingkungan pergaulannya;
(3)   memperkuat nilai pribadi atau keyakinan;
(4)   mengganti pengalaman estetika yang sudah usang;
(5)   menghindarkan diri dari kesulitan, ketakutan, atau penyakit tertentu.
Hal menarik diungkapkan oleh Nurhadi (1987) bahwa tujuan membaca akan mempengaruhi pemerolehan pemahaman bacaan. Artinya, semakin kuat tujuan seorang dalam membaca maka semakin tinggi pula kemampuan orang itu dalam memahami bacaannya.
3. Jenis Membaca
Menurut Tarigan (1984:11) jenis membaca tampak seperti pada bagan berikut.
Membaca terdiri atas : a). membaca nyaring dan  b). membaca dalam hati.
Membaca dalam hati, terdiri atas : 1). membaca ekstensif  dan 2). membaca intensif.
Membaca Ekstensif, terdiri atas :  membaca survey, membaca sekilas dan membaca dangkal.
Membaca Intensif : membaca telaah isi, membaca telaah bahasa.
Membaca Telaah Isi : membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, membaca ide-ide.
Membaca Telaah Bahasa : membaca bahasa, membaca sastra.
Karena alasan kepraktisan dan keterbatasan yang ada, tidak semua jenis membaca tersebut akan dibahas dalam postingan ini. Postingan kali ini hanya akan membahas jenis membaca nyaring (bersuara), membaca ekstensif, membaca intensif untuk membaca pemahaman dan membaca kritis, dan membaca cepat.
a. Membaca Nyaring
Membaca nyaring sering kali disebut membaca bersuara atau membaca teknik. Disebut demikian karena pembaca mengeluarkan suara secara nyaring pada saat membaca. Dalam hal ini yang perlu mendapat perhatian guru adalah lafal kata, intonasi frasa, intonasi kalimat, serta isi bacaan itu sendiri. Di samping itu, pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa Indonesia tidak boleh diabaikan. Para siswa harus dapat membedakan secara jelas intonasi kalimat berita, intonasi kalimat tanya, intonasi kalimat seru, dan sebagainya. Juga lagu kalimat orang yang sedang susah, marah, bergembira, dan suasana lainnya. Siswa dapat memberi tekanan yang berbeda pada bagian-bagian yang dianggap penting dengan bagian-bagian kalimat atau frasa yang bernada biasa.
Pembelajaran membaca nyaring ini mencakup dua hal, yaitu pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Pembelajaran membaca yang dimaksud yaitu kegiatan tersebut untuk kepentingan siswa itu sendiri dan untuk pihak lain, misalnya guru atau kawan-kawan lainnya. Si Pembaca bertanggung jawab dalam hal lafal kata, lagu dan intonasi kalimat, serta kandungan isi yang ada di dalamnya. Pembelajaran yang tergolong membacakan yaitu si pembaca melakukan aktivitas tersebut lebih banyak ditujukan untuk orang lain. Pembaca bertanggung jawab atas lagu kalimat, lafal kata, kesenyapan, ketepatan tekanan, suara, dan sebagainya. Bagi pendengar, lebih bertanggung jawab terhadap isi bacaan, karena mereka ini di pihak yang berkepentingan dengan kegiatan pembaca.
b. Membaca Ekstensif
Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas. Luas berarti (1) bahan bacaan beraneka dan banyak ragamnya; (2) waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang cepat dan singkat.
Sebagai ilustrasi, ketika Anda mengunjungi perpustakaan atau toko buku, Anda tentu tidak hanya terpaku pada satu buku. Yang Anda lakukan mungkin membuka-buka buku, membaca sampul, dan daftar isinya, kemudian berpindah pada buku lainnya. Tindakan yang Anda lakukan tersebut termasuk membaca  ekstensif.
Membaca ekstensif, seperti tampak pada bagan jenis membaca di muka, meliputi membaca survei, membaca sekilas, dan membaca dangkal. Ketiga jenis membaca ekstensif tersebut diuraikan secara singkat di bawah ini.
Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bacaan. Membaca survei merupakan kegiatan membaca, seperti melihat judul, pengarang, daftar isi, pengantar, dan lain-lain.
Membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak cepat melihat dan memperhatikan bahan tertulis untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Membaca sekilas disebut juga skimming, yakni kegiatan membaca secara cepat dan selektif serta bertujuan. Istilah lain membaca sekilas adalah membaca layap, yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat.
Membaca dangkal adalah kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan yang kita baca. Bahan bacaannya merupakan jenis bacaan ringan karena membaca dangkal hanyalah untuk mencari kesenangan atau sekadar mengisi waktu.
c. Membaca Intensif
Membaca intensif adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Membaca intensif merupakan studi saksama, telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan sehingga timbul pemahaman yang tinggi.
Membaca intensif dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi meliputi membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide, sedangkan membaca telaah bahasa meliputi membaca bahasa dan membaca sastra.
1) Membaca Pemahaman
Membaca pemahan merupakan suatu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memahami bacaan secara tepat dan cepat. Sejumlah aspek yang perlu diperlukan pembaca dalam membaca pemahaman adalah:
(a)   memiliki kosa kata yang banyak;
(b)   memiliki kemampuan menafsirkan makna kata, frasa, kalimat, dan wacana;
(c)    memiliki kemampuan menangkap ide pokok dan ide penunjang;
(d)   memiliki kemampuan menangkap garis besar dan rincian;
(e)   memiliki kemampuan menangkap urutan peristiwa dalam bacaan (Kamidjan,1996).
2)  Membaca Kritis
Kalau seseorang membaca suatu bacaan, lalu ia mempertanyakan, “Mengapa penulis berpendapat demikian, apa maksudnya, dan sebagainya”. Berarti orang itu telah bersikap kritis terhadap bacaan dan penulisnya.
Membaca kritis ialah kegiatan membaca dilakukan dengan bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin mencari kesalahan penulis. Membaca kritis berusaha memahami makna tersirat sebuah bacaan. Dalam membaca kritis, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis.
Nurhadi (1987) menguraikan aspek-aspek membaca kritis yang dikaitkan dengan ranah kognitif dalam taksonomi Bloom, sebagai berikut ini.
(1) Kemampuan mengingat dan mengenali ditandai dengan
(a) mengenali ide pokok paragraf;
(b) mengenali tokoh cerita dan sifatnya;
(c) menyatakan kembali ide pokok paragraf;
(d) menyatakan kembali fakta bacaan;
(e) menyatakan kembali fakta perbandingan, hubungan sebab-akibat, karakter tokoh, dll.
(2) Kemampuan menginterpretasi makna tersirat ditandai dengan:
(a) menafsirkan ide pokok paragraf;
(b) menafsirkan gagasan utama bacaan;
(c) membedakan fakta/detail bacaan;
(d) menafsirkan ide-ide penunjang;
(e) memahami secara kritis hubungan sebab akibat;
(f) memahami secara kritis unsur-unsur pebandingan.
(3) Kemampuan mengaplikasikan konsep-konsep ditandati dengan:
(a) mengikuti petunjuk-petunjuk dalam bacaan;
(b) menerapkan konsep-konsep/gagasan utama bacaan ke dalam situasi baru yang problematis;
(c) menunjukkan kesesuaian antara gagasan utama dengan situasi yang dihadapi.
(4) Kemampuan menganalisis ditandai dengan:
(a) memeriksa gagasan utama bacaan;
(b) memeriksa detail/fakta penunjang;
(c) mengklasifikasikan fakta-fakta;
(d) membandingkan antar gagasan yang ada dalam bacaan;
(e) membandingkan tokoh-tokoh yang ada dalam bacaan.
(5) Kemampuan membuat sintesis ditandai dengan:
(a) membuat simpulan bacaan;
(b) mengorganisasikan  gagasan utama bacaan;
(c) menentukan tema bacaan;
(d) menyusun kerangka bacaan;
(e) menghubungkan data sehingga diperoleh kesimpulan;
(f) membuat ringkasan.
(6) Kemampuan menilai isi bacaan ditandai dengan:
(a) menilai kebenaran gagasan utama/ide pokok paragraf/bacaan secara keseluruhan;
(b) menilai dan menentukan bahwa sebuah pernyataan adalah fakta atau opini;
(c) menilai dan menentukan bahwa sebuah bacaan diangkat dari realitas atau fantasi pengarang;
(d) menentukan relevansi antara tujuan dan pengembangan gagasan;
(e) menentukan keselarasan antara data yang diungkapkan dengan kesimpulan yang dibuat;
(f)  menilai keakuratan dalam penggunaan bahasa, baik pada tataran kata, frasa, atau penyusunan kalimatnya.
d. Membaca Cepat
Di layar televisi, misalnya pada film yang tidak dialihsuarakan, tertera teks dialog para tokoh. Sebagai penonton, Anda harus membaca secara cepat karena teks tersebut cepat berlalu dan berganti dengan teks dialog lainnya. Dengan melakukan aktivitas seperti itu, Anda telah melakukan membaca cepat. Anda tidak sekedar membaca kata dan kalimat teks yang tampil, tetapi juga memahaminya. Selain itu, Anda juga mencoba menghubung-hubungkan dialog para tokoh sehingga pemahaman isi cerita Anda capai. Dengan demikian jelas bahwa dalam membaca cepat, Anda tidak hanya membaca secara cepat bahan bacaan, melainkan juga berupaya untuk memahaminya.
Pada masa kini, orang harus bisa  membaca secara cepat. Kalau kita tidak ingin tertinggal dalam meraih informasi. Kepemilikan keterampilan membaca cepat juga sangat diperlukan bagi siswa. Dengan mampu membaca cepat berarti informasi dan pengetahuan yang diperoleh akan semakin banyak.  Kegiatan membaca pun akan menjadi hal yang mengasyikkan. Siswa Sekolah Dasar seharusnya dapat membaca minimal 150 kata per menit.
Untuk menghitung kecepatan membaca dapat dilakukan dengan cara membagi jumlah kata yang dibaca dengan waktu tempuh baca. Rumusnya sebagai berikut:
jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            = kata/menit
Misalnya, sebuah wacana yang berjumlah 300 kata dapat dibaca dalam waktu 2 menit, berarti kecepatan membacanya adalah 150 kata per menit.
Membaca cepat merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara cepat disertai dengan pemahaman isi bacaan. Setiap pembaca mempunyai kecepatan efektif membaca (KEM) atau yang sering disebut juga dengan kemampuan membaca. KEM seseorang akan sangat bergantung pada kecepatan membaca (KM) dan pemahaman isi (PI) atau kemampuan pembaca memahami isi bacaan. Untuk mengetahui kecepatan efektif membaca seseorang dapat dihitung dengan menggunakan rumus ini:
jumlah kata yang dibaca
waktu tempuh baca            x persentase pemahaman isi = kata/menit
Untuk menghitung KEM siswa, guru harus mengetahui pemahaman isi bacaan siswa melalui tes isi bacaan. Contoh, seorang siswa mampu membaca 300 kata dalam tempo 2 menit dan berhasil menjawab 3 buah pertanyaan isi bacaan dengan benar dari 5 soal yang tersedia, artinya KEM siswa tersebut adalah 150 x 60% = 90 kpm (kata per menit).
4. Teknik Membaca
Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan cara mengetahui dan berlatih dengan teknik membaca yang tepat. Teknik yang akan disampaikan dalam bahan ajar ini adalah membaca sekilas (skimming) dan membaca memindai (scanning), dan SQ3R.
1) Teknik Membaca Sekilas (Skimming)
Teknik ini dilakukan pada saat orang membaca ekstensif. Bila Anda akan mencari sebuah buku di perpustakaan, mengenali isi buku secara cepat dengan cara membuka daftar isi, membaca kata pengantar, atau halaman sampul belakang, Anda hendaknya melakukan skimming.
Dalam menghadapi sebuah bacaan, Anda harus memperlakukannya sesuai dengan maksud Anda. Jika fakta dan detail tidak Anda perlukan, lompati bagian tersebut. Cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok ini disebut skimming.
Skimming bukan sekadar menyapu halaman buku, melainkan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk mendapatkan berbagai tujuan, misalnya:
(a)   mengenali topik bacaan;
(b)   mengetahui pendapat orang;
(c)    mendapatkan bagian penting yang kita operlukan tanpa membaca seluruhnya;
(d)   mengetahui organisasi tulisan, urutan ide pokok;
(e)   penyegaran.
Langkah-langkah membaca sekilas sebagai berikut.
(a)   Pertanyakan dulu, “Apa yang akan Anda cari dari buku ini?”
(b)   Baca daftar isi atau kata pengantar!
(c)    Telusuri dengan kecepatan pada judul, subjudul, bab, dan anak bab!
(d)   Berhentilah ketika Anda menemukan bagian yang dicari!
(e)   Baca dengan kecepatan normal dan pahami!
2) Teknik Membaca Memindai (Scanning)
Anda tentu pernah mencari nomor telepon di buku “Petunjuk Telepon”? Bagaimana cara Anda? Tentunya, Anda tidak perlu membuka halaman pertama dan seterusnya. Pasti Anda langsung ke inisial nama pemilik telepon, misalnya ma. Mata dan telunjuk Anda bergerak cepat hingga sampai pada Masturi.
Kemudian, Anda mengecek alamat Masturi sesuai dengan informasi yang Anda miliki. Dari situ, Anda dapat menemukan nomor telepon, misalnya 663885.
Kegiatan serupa juga berlaku pada waktu Anda mencari kata dalam kamus, mencari acara siaran TV di koran, lokasi kota dalam atlas, peta, denah, dan sebagainya. Anda hendaknya juga melakukan membaca memindai (scanning). Nah, apa sebenarnya scanning itu dan bagaimana caranya?
Scanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi tanpa membaca yang lain-lain. Jadi, langsung ke masalah yang Anda cari, yakni fakta khusus atau informasi tertentu. Kegiatan ini harus dilakukan secara cepat dan akurat.
3) Teknik SQ3R
Dua teknik membaca yang diungkap di atas lazimnya digunakan dalam membaca cepat. Berikut ini, kita akan membahas teknik SQ3R yang biasa dipakai dalam membaca pemahaman.
SQ3R merupakan teknik membaca yang terdiri atas lima langkah: Survey, Question, Read, Recite, dan Review. Secara lengkap tapi singkat kelima langkah dalam SQ3R dijelaskan berikut ini.
Langkah 1: S-Survey.
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum. Anda bisa melihat-lihat judul, subjudul, dan sebagainya.
Langkah 2: Q-Question.
Pada saat survey, Anda juga dapat mengajukan pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul atau subjudul menjadi kalimat tanya. Anda bisa menggunakan kata siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, bagaimana.
Langkah 3: R-Read.
Setelah melakukan survey dan mengajukan pertanyaan, barulah Anda membaca keseluruhan bahan bacaan. Jadi, membaca merupakan langkah ketiga. Baca bagian demi bagian sambil Anda mencari jawaban atas pertanyaan yang telah Anda lakukan pada langkah ke-2. Pada tahap ini, konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokok dan detail penting.
Langkah 4: R-Recite. Setiap selesai membaca subjudul, berhentilah sejenak. Coba jawab pertanyaan atau sebutkan hal-hal penting bagian tersebut. Bila perlu, buat catatan seperlunya. Bila belum paham, ulangi membaca bagian tersebut sekali lagi.
Langkah 5: R-Review.
Setelah selesai membaca seluruh bahan. Ulangi untuk menelusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian penting lainnya. Langkah ini berguna untuk membantu daya ingat, memperjelas pemahaman, dan juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang terlewatkan.
C. Model Pembelajaran Membaca di Sekolah Dasar
1. Pembelajaran Membaca Cepat
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dan dipersiapkan dalam pembelajaran membaca cepat adalah materi, metode, media, dan evaluasi.
a) Materi
Pilih bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Lengkapi bacaan tersebut dengan perintah waktu mulai baca, waktu akhir baca, dan waktu yang diperlukan untuk membaca. Kemudian, susun pertanyaan bacaan untuk mengukur pemahaman isi.
contoh materi bacaan : wacana “ RA Kartini”
Waktu mulai baca : jam …. Menit …. Detik ….
………………………………………………………………………………………………………………………………
Waktu selesai baca: jam …. menit …. detik ….
Waktu baca yang diperlukan : ….. detik.
b) Metode
Metode atau teknik membaca yang dipakai adalah skimming dan scanning dengan kecepatan membaca sedang (reguler).
c) Media
Stopwatch, arloji, alat tulis.
d) Evaluasi
  1. Bagikan lembar soal kepada siswa.
  2. Hitung waktu baca yang diperlukan.
  3. Beri skor pada jawaban siswa.
  4. Hitung KM dan KEM dengan rumus yang ada.
Pertanyaan isi Bacaan: berjumlah 10 soal jawaban singkat.
2. Pembelajaran Membaca Intensif dengan Teknik Scramble
Anda telah mempelajari materi membaca intensif, yang salah satu jenisnya adalah membaca kritis. Untuk melaksanakan pembelajaran membaca kritis, Anda dapat menerapkan teknik scramble wacana.
Teknik scramble wacana berupa permainan menyusun wacana logis berdasarkan kalimat-kalimat acak. Hasil yang diharapkan berupa susunan wacana yang logis dan bermakna.
Kegiatan yang Anda lakukan terdiri atas tiga langkah, yakni (1) kegiatan persiapan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan tindak lanjut.
1. Kegiatan persiapan, meliputi:
a. pemilihan bahan bacaan;
b. pembuatan kartu kalimat;
c. pembagian kelompok siswa (4-5 orang);
d. pengaturan posisi tempat duduk;
e. perencanaan langkah selanjutnya.
2. Kegiatan inti, meliputi:
a. Tiap kelompok mendapat perangkat kartu kalimat;
b. Diskusi kelompok untuk mengurutkan kartu;
c. Pembentukan pasangan kerja dalam kelompok kecil;
d. Hasil kerja kelompok kecil disajikan dalam diskusi kelas;
e. Guru sebagai moderator dalam pembahasan hasil kerja kelompok kecil;
f.  Pembahasan dan komentar atas hasil kerja kelompok;
g. Pencapaian hasil susunan wacana yang dianggap paling logis dan bermakna;
h. Pembacaan wacana asli oleh 1-2 orang siswa;
i.  Penceritaan kembali isi bacaan oleh 1-2 orang siswa.
3. Kegiatan Tindak Lanjut, dapat dipilih salah satu kegiatan berikut ini:
a.  Pemberian tugas serupa dengan wacana lain;
b.  Pencarian makna kata baru dan penerapannya dalam kalimat;
c.  Penjawaban soal-soal tentang isi bacaan.
soal-soal yang dapat diberikan kepada siswa tentang isi bacaan, misalnya soal jawaban singkat berjumlah 10 butir soal.
D. Penutup
1. Rangkuman
Membaca merupakan keterampilan berbahasa selain mendengarkan, berbicara, dan menulis. Membaca merupakan suatu proses, bertujuan, reseptif-aktif, dan memerlukan teknik tertentu.
Membaca ada berbacam-macam, yakni membaca bersuara, membaca dalam hati, membaca ektensif, membaca intensif, membaca cepat, membaca kritis, membaca estetis, dan membaca telaah bahasa dan sastra. Masing-masing jenis membaca memerlukan teknik tertentu, misalnya teknik skimming dan scanning untuk membaca cepat, teknik SQ3R untuk membaca pemahaman.
Seorang pembaca yang baik akan menyelaraskan antara tujuan, bahan, dan kecepatan membacanya. Selain itu, dia juga terbebas dari vokalisasi, gerakan kepala, gerakan mulut, menunjuk dengan jari, regresi, dan subvokalisasi.
Dalam pembelajaran membaca, guru harus memilih bahan yang memiliki tingkat keterbacaan yang cukup, sesuai dengan minat siswa, dan sebagainya. Pembelajaran membaca menuntut selain pemilihan materi bacaan, penggunaan metode, penyediaan media, juga penyusunan alat evaluasi.
2. Refleksi
a.   Setelah membaca postingan ini, timbulkah dalam pikiran Anda bahwa membaca ternyata sangat penting dan merupakan kunci untuk maju? Apakah membaca merupakan proses yang dapat dilatih dan ditingkatkan? Untuk semua itu maka diperlukan strategi membaca yang bergantung tujuan seseorang waktu membaca?
b.  Bagaimana cara Anda membelajarkan membaca kepada siswa selama ini? Sudah bervariasi atau masih tradisional/konvensional?
c.   Adakah hal-hal yang Anda lakukan untuk memperbaiki pembelajaran membaca di sekolah Anda nanti? Usaha apa yang akan Anda lakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa Anda?
d.  Bagaimana kebiasaan membaca Anda selama ini? Apakah membaca sudah merupakan bagian hidup Anda atau belum? Anda Termasuk tipe pembaca yang bagaimana? Apakah Anda masih merasa perlu untuk meningkatkan kemampuan membaca?